Ada satu temuan menarik dari laporan Actian State of Data Governance Maturity 2025. Laporan tersebut menyebut, petinggi perusahaan menilai data maturity organisasi mereka 12% lebih tinggi dibanding mereka yang sehari-hari mengelola data tersebut. Kesenjangan itu menunjukkan, petinggi perusahaan terlalu percaya diri terhadap data maturity organisasi mereka.
Uniknya, mayoritas organisasi yang “percaya diri” ini mengaku memiliki banyak tantangan dalam mengelola datanya. Hampir 90% para profesional data melaporkan kesulitan dalam hal skalabilitas dan kompleksitas. Selain itu, lebih dari 4 dari 5 responden menyoroti masalah tata kelola (governance) dan kepatuhan (compliance). Perusahaan juga masih harus bergulat dengan masalah akses dan keamanan data, kualitas data, kepercayaan (trust), serta kesenjangan keterampilan.
Pentingnya Tata Kelola Data
Laporan Actian tersebut sebenarnya menunjukkan, perusahaan harus mulai memprioritaskan peningkatan data maturity mereka, terutama di sisi tata kelola (data governance). Apalagi ke depan, tata kelola ini akan semakin meningkat seiring kehadiran AI serta semakin ketatnya regulasi perlindungan data.
Namun kehadiran AI juga berpotensi meningkatkan produktivitas dan menjalankan proses bisnis yang lebih efisien. “AI berperan ganda, menjadi pendorong sekaligus tantangan utama bagi tata kelola data,” ujar Emma McGrattan (CTO Actian) dalam pernyataan resminya seperti dikutip CIO Dive.
Perusahaan yang ingin cepat mengimplementasikan AI harus memperbaiki proses data terlebih dahulu. Survei Collibra menunjukkan ada lebih dari 80% pimpinan mengakui kepemilikan data di perusahaannya berubah dalam setahun terakhir karena meningkatnya penggunaan AI. Perubahan lebih lanjut diperkirakan akan datang seiring perusahaan mulai mengadopsi agentic AI. “Agentic AI tidak cuma mengakses data terstruktur dari basis data, tapi juga data tidak terstruktur yang jumlahnya mencapai 80% dari seluruh data dalam perusahaan,” jelas Stijn Christiaens (Co-Founder dan Chief Data Citizen Collibra).
“Masalah terbesar dengan data tidak terstruktur adalah karena data itu tersebar di dunia yang berbeda-beda terlalu sulit dan rumit untuk mengekstrak informasi berharga dari Google Drive atau file PDF,” tambah Christiaens. Kerangka data yang lemah dan praktik pengelolaan data yang buruk dapat mengancam ambisi AI perusahaan, merusak kepercayaan, dan meningkatkan biaya. CIO yang mampu menilai ketahanan secara akurat dan keberlanjutan strategi data akan lebih siap memimpin upaya AI di masa depan.
“Supaya agentic AI bisa benar-benar berfungsi, kita harus menyelesaikan persoalan data terlebih dahulu. Banyak kompleksitas yang akan datang,” tambah Christiaens.