Di tengah percepatan transformasi digital dan adopsi teknologi berbasis AI, semakin banyak perusahaan yang beralih ke pendekatan multicloud. Gartner meramalkan, belanja global untuk layanan cloud publik akan mencapai USD723 miliar pada 2025, meningkat 21 persen dari tahun sebelumnya. Lonjakan itu dipicu oleh pemanfaatan AI dalam operasional bisnis, diversifikasi beban kerja digital, berkembangnya pendekatan hybrid, cloud-native, dan multicloud secara masif.
Pendekatan multicloud ini banyak dipilih karena menawarkan fleksibilitas, ketahanan sistem, dan skalabilitas operasional. Akan tetapi, multicloud sebenarnya juga menciptakan kompleksitas yang tinggi dan risiko pemborosan biaya. Perusahaan yang mengadopsi multi cloud harus memiliki pendekatan holistik yang mencakup pemetaan aplikasi, tata kelola, keamanan, efisiensi biaya, dan kesiapan organisasi.
Agar perusahaan mampu memanfaatkan multicloud secara maksimal tanpa terjebak dalam kekacauan arsitektural dan finansial, berikut tujuh strategi kunci dari para pakar industri:
1. Buat Inventarisasi Aplikasi Secara Menyeluruh dan Terukur
Langkah pertama yang krusial adalah memetakan seluruh portofolio aplikasi perusahaan secara sistematis menggunakan Application Portfolio Management (APM). Proses itu akan mengidentifikasi aplikasi yang dapat dimodernisasi, dimigrasikan, dikonsolidasikan, atau bahkan dinonaktifkan.
Scott duFour (CIO Corpay) menekankan pentingnya pemantauan rutin terhadap aplikasi SaaS karena vendor sering menaikkan harga saat pembaruan tanpa peningkatan nilai yang sepadan. “Kami rutin mengevaluasi aplikasi, khususnya aplikasi SaaS yang makin mahal tiap kali perpanjangan. Dengan melibatkan tim procurement sejak awal, kami mampu bernegosiasi lebih efektif, menekan harga dan menghindari tumpang tindih antar departemen,” katanya seperti dikutip CIO.com.
2. Atasi Kompleksitas Melalui Tata Kelola dan Manajemen Terpadu
Semakin banyak layanan cloud yang digunakan, semakin kompleks pengelolaannya. Hal itu bisa memicu kekacauan dan pemborosan biaya bahkan risiko keamanan.
Randy Armknecht (Global Cloud Practice Leader di Protiviti) menyarankan perusahaan menstandarkan standar proses dan alat lintas penyedia cloud. Salah satu pendekatan efektif adalah dengan mengimplementasikan platform Cloud-Native Application Protection Platforms (CNAPP) untuk memastikan visibilitas, kepatuhan, dan kontrol keamanan dari pengembangan hingga runtime. “Platform keamanan ini akan memantau aplikasi dari tahap pengembangan hingga operasional,” ujarnya.
3. Terapkan Arsitektur Keamanan yang Konsisten dan Terintegrasi
Dengan banyaknya penyedia cloud, keamanan menjadi tantangan besar. Strategi keamanan harus mencakup manajemen identitas, hak akses, enkripsi data, serta keseragaman kebijakan keamanan lintas cloud.
Di lingkungan multicloud, attack surface menjadi lebih luas sehingga pendekatan keamanan harus bersifat holistik dan proaktif. Salah satu yang bisa dilakukan adalah menerapkan solusi CNAPP yang dikombinasikan dengan data terenkripsi dan cadangan berkala. “Sentralisasi pengelolaan identitas dan penerapan kebijakan perlindungan data yang kuat menjadi kunci. Pastikan hanya pengguna berizin yang bisa mengakses cloud dan terapkan kebijakan keamanan yang konsisten,” ujarnya.
4. Gunakan AI untuk Otomatisasi dan Integrasi
Kini AI memainkan peran strategis dalam menyederhanakan manajemen cloud. Dengan bantuan machine learning, perusahaan dapat mengotomatisasi alokasi sumber daya, pemantauan performa, penanganan insiden, hingga integrasi lintas platform. Scott Simari (Principal di Sendero Consulting) mengatakan AI juga bisa menyederhanakan “sprawl” cloud yaitu kondisi di mana penyebaran aplikasi begitu luas hingga menciptakan titik buta dan ketidak konsistenan.
“AI memungkinkan organisasi menjaga konsistensi dan tata kelola di seluruh lingkungan multicloud yang terdistribusi, sekaligus mengurangi overhead operasional,” ujarnya. Dengan memanfaatkan prinsip infrastructure as code dan policy as code, perusahaan bisa mengotomatisasi penerapan aturan tata kelola di semua platform cloud.
5. Kendalikan Biaya dengan Strategi FinOps dan Optimalisasi Konsumsi
Penggunaan Multicloud bisa menekan biaya operasional tetapi juga menciptakan tantangan baru dalam manajemen biaya. Konsep FinOps (financial operations) menjadi kerangka kerja penting mengelola biaya lintas cloud secara real time. Nigel Gibbons dari NCC Group menyarankan perusahaan untuk melakukan rightsizing, auto-scaling, dan menghapus sumber daya idle serta memilih harga yang hemat seperti reserved instance atau spot instance. “AI juga berperan penting dalam memprediksi kebutuhan dan menyesuaikan alokasi sumber daya agar efisien dan sesuai dengan kebutuhan bisnis dan data historis konsumsi cloud,” ucapnya.
6. Gunakan Microservices dan Container untuk Portabilitas Aplikasi
Desain arsitektur berbasis microservices dan containerization memungkinkan aplikasi dijalankan di berbagai platform cloud tanpa modifikasi besar. Pendekatan ini juga meminimalisasi ketergantungan terhadap vendor tertentu (vendor lock-in) dan mempercepat siklus inovasi sehingga meningkatkan ketahanan dan fleksibilitas. Misal, Microservice yang mengakses bucket S3 AWS akan tetap bisa digunakan meski aplikasi dipindahkan ke Azure atau Google Cloud.
Gibbons mengatakan Microservices memungkinkan deployment independen, container menjamin lingkungan runtime konsisten, dan layanan native mengoptimalkan performa spesifik cloud. “Kombinasi ini memperkuat ketahanan, skalabilitas, dan ketangkasan organisasi digital,” ujarnya.
7. Rancang Ulang Organisasi TI dan Kembangkan Talenta Cloud-Native
Transformasi teknologi harus dibarengi dengan transformasi organisasi. Pendekatan multicloud menuntut restrukturisasi tim TI, investasi dalam pelatihan lintas platform, dan adopsi praktik DevOps yang adaptif.
Simari mengatakan perusahaan perlu berinvestasi dalam pelatihan lintas platform, membentuk tim DevOps yang memahami cloud-native tools, serta menciptakan culture of continuous learning. “Kesuksesan multicloud sangat bergantung pada kesiapan sumber daya manusia,” ujarnya. Ia merekomendasikan pembentukan Center of Excellence (CoE) sebagai pusat pengetahuan, pelatihan, dan penerapan praktik terbaik yang berkelanjutan. Budaya pembelajaran terus-menerus lebih penting daripada membentuk tim khusus per platform. “Tim TI harus aktif mengikuti perkembangan cloud provider, baik melalui pelatihan internal, sertifikasi, atau konferensi industry,” ucapnya.
Dengan menerapkan tujuh strategi di atas, perusahaan dapat memanfaatkan fleksibilitas cloud tanpa mengorbankan kontrol, efisiensi, dan kecepatan inovasi. Inilah saatnya berinvestasi pada strategi multicloud yang matang untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan ketahanan digital jangka panjang.