VMware Terancam Kehilangan Sepertiga Pelanggan, Cloud Kompetitor Jadi Pilihan Utama

VMware diprediksi akan kehilangan sepertiga dari workload yang selama ini menggunakan solusi mereka pada tahun 2028. Hal ini tidak lepas dari berbagai pembaruan program lisensi VMware sejak dibeli Broadcom dua tahun lalu.

Julia Palmer (Wakil Presiden Riset Gartner) menyoroti langkah Broadcom baru-baru ini yang mengubah program lisensinya sehingga para hyperscaler (penyedia cloud raksasa seperti AWS, Microsoft Azure, dan Google Cloud) tidak lagi bisa menjual VMware berlangganan kepada pengguna. “Kini pelanggan harus membeli lisensi langsung dari Broadcom dan memanfaatkan hak license portability untuk infrastruktur VMware yang di-host di cloud hyperscale,” katanya dalam ajang Symposium di Australia.

Sebelumnya, Broadcom juga mengubah pola pembelian solusi VMware dari pembelian menjadi berlangganan. Bagi banyak organisasi, perubahan ini meningkatkan biaya lisensi secara signifikan. Selain itu, Broadcom juga menjual solusi VMware hanya dalam dua pilihan: VMware Cloud Foundation (VCF) dan VMware vSphere Foundation. Hal ini membuat perusahaan yang sebelumnya dapat membeli modul sesuai kebutuhan, kini harus membeli satu kesatuan.

Semua faktor inilah yang membuat banyak perusahaan berniat memindahkan workload-nya ke solusi alternatif. Meski begitu, Palmer tidak menyarankan pelanggan melakukan migrasi total dari VMware. Alasannya, tidak ada vendor pesaing yang menawarkan platform lebih unggul, dan migrasi penuh bisa memakan waktu tiga tahun atau lebih.

Ia menyarankan pendekatan lebih realistis, yaitu menilai aplikasi mana yang paling siap untuk dimodernisasi atau dipindahkan ke platform baru. Setelah itu, baru melakukan re-platforming secara selektif, sebuah proses yang bisa memakan waktu hingga satu tahun per aplikasi. “Seiring waktu, mereka akan mengonversi Anda ke cloud sungguhan,” ujar Palmer seperti dikutip The Register.

Alternatif Solusi VMware

Palmer juga memberikan beberapa rekomendasi bagi pengguna VMware yang mempertimbangkan migrasi.

  1. Beralih ke Nutanix: harganya memang tidak jauh lebih murah dari VMware (Virtzilla), tapi teknologinya setara dan memiliki alat migrasi yang kuat
  2. Memanfaatkan Cloud publik (AWS, Azure, GCP): beralih ke public cloud bisa menjadi pilihan. Namun perlu dicatat, infrastructure-as-a-service tidak cocok untuk semua workload virtualisasi dan harganya lebih mahal.
  3. Memanfaatkan Azure Local: layanan ini seperti menghadirkan layanan cloud di lingkungan on-premises. Namun skalanya terbatas, maksimal 16 host, jauh lebih kecil dari yang biasa digunakan pelanggan VMware besar
  4. Menggunakan Windows Server + Hyper-V: ini juga bisa jadi pilihan, tetapi perlu dicatat kalau Microsoft condong mendorong pengguna beralih ke Azure
  5. 5. Red Hat Virtualization: bisa menjadi pilihan namun paling tidak direkomendasikan.

Palmer mengingatkan, migrasi dari VMware jangan cuma demi memangkas biaya. Jika sebuah organisasi melakukan migrasi, sebaiknya dimanfaatkan untuk memodernisasi aplikasi atau memperbaiki aspek operasional tertentu. Ia mencontohkan Nutanix yang menawarkan penyimpanan dan dukungan yang lebih baik daripada VMware.

Palmer juga menyarankan untuk mempertimbangkan VMware Cloud Foundation (VCF) 9, paket private cloud terbaru VMware. Menurutnya, VCF 9 adalah salah satu kabar baik bagi pelanggan VMware karena dipersiapkan secara serius oleh Broadcom.

Meskipun ada kekhawatiran terjadinya migrasi besar-besaran, Broadcom melaporkan pertumbuhan besar dari penjualan produk VMware. Perusahaan mengungkapkan sebagian besar dari 10.000 pelanggan terbesar VMware telah beralih ke VCF dan optimistis ada sekitar 20.000–30.000 pelanggan kelas kecil akan segera mengikuti.

Baca Juga