Seiring hype kecerdasan buatan (AI) yang terus berkembang, ada pertanyaan besar muncul di kalangan CIO: berapa banyak proyek AI yang seharusnya dijalankan perusahaan?
Jika berkaca pada laporan Rackspace Technology, rata-rata perusahaan saat ini memiliki 21 proyek AI yang sudah memasuki tahap produksi. Angka ini diprediksi akan meningkat seiring perjalanan waktu. Pasalnya, banyak perusahaan meyakini proyek AI akan menghasilkan peningkatan efisiensi, perbaikan operasional, dan menambah lancar alur kerja. arena itu, proses pemilihan proyek AI terus berevolusi dengan fokus mencari use case bernilai tinggi dan bisa di-scale up.
Namun, semakin banyak proyek AI sebenarnya juga semakin menambah kompleksitas. Lalu, berapa jumlah yang tepat?
Sesuaikan Kebutuhan
Menurut analis, tidak ada jawaban pasti akan pertanyaan tersebut. Semuanya bergantung pada tujuan bisnis, anggaran, kesiapan organisasi, technology stack, serta kualitas tenaga kerja.
Perusahaan finansial Charles Schwab, misalnya, saat ini tengah mengembangkan 40 use case AI, dengan fokus pada produktivitas dan pengalaman pelanggan. “Kami percaya AI akan meningkatkan cara kami melayani klien secara lebih personal,” kata CEO Charles Schwab Rick Wurster. “Tidak ada angka pasti tentang seberapa banyak proyek AI. Yang penting, pimpinan teknologi menyesuaikan dengan tujuan, kesiapan organisasi, anggaran, serta strategi SDM mereka,” ujar Wurster seperti dikutip CIO Dive.
Contoh lain, perusahaan Principal Financial Group telah menjajaki lebih dari 100 proyek AI. Proyek ini mencakup analitik contact center, pengujian kode, dokumentasi, hingga layanan pelanggan. “Kami selalu mengukur dampak, seperti penghematan biaya atau pertumbuhan,” kata Kathy Kay (EVP dan CIO Principal Financial Group).
Meski begitu, banyak perusahaan menghadapi tantangan klasik yaitu lebih banyak ide use case dibanding sumber daya dan anggaran yang tersedia. Menurut analis S&P Global Market Intelligence, perusahaan yang matang mulai mengonsolidasikan proyek AI untuk use-case yang memberikan ROI terbesar. “Kalau sudah masuk wilayah AI sprawl, saatnya mundur selangkah. AI bukan solusi untuk semua masalah. Setiap investasi harus diuji konsepnya sebelum diluncurkan skala penuh,” katanya.
Faktanya, tren terbaru justru menunjukkan banyak perusahaan memangkas proyek AI mereka sebesar 42%. Perusahaan juga mulai menghentikan mayoritas inisiatif AI mereka. Contohnya Goldman Sachs yang memangkas daftar panjang proyek AI menjadi sejumlah proyek yang paling bernilai. Walmart merampingkan puluhan agen AI menjadi hanya empat “super agents” agar lebih fokus dan tidak membingungkan karyawan. “Kami sadar AI agent bukan sekadar berguna, tapi juga esensial. Namun kalau terlalu banyak, justru bisa bikin chaos,” ujar Suresh Kumar (CTO global Walmart).
Kunci Sukses: Fokus, Ukur, dan Prioritaskan
Pada akhirnya, jumlah proyek AI bukan sekadar hitungan angka. Yang penting adalah keseimbangan antara eksplorasi dan konsolidasi.
“Kenali bisnis Anda, ukur hasilnya, komunikasikan dampaknya. Dari situ, fokuskan investasi pada yang berhasil, lalu hentikan proyek yang tidak memberi nilai,” kata Greg Macatee (Senior Analyst at S&P Global Market Intelligence 451 Research). Dengan pasar yang masih penuh volatilitas, perusahaan kini semakin cost-conscious. AI tetap menjanjikan, tetapi tanpa strategi yang terukur, proyek bisa berakhir jadi beban alih-alih manfaat.