OpenAI baru saja meluncurkan dua model open-source terbaru yang canggih dan mampu melakukan penalaran AI serta kemampuannya setara dengan seri model “o”. Kedua model open-source itu kini tersedia secara gratis dan dapat diunduh melalui platform pengembang Hugging Face.
Peluncuran itu menandai kembalinya OpenAI ke ranah open source setelah vakum lebih dari lima tahun. Model open source terakhir yang mereka rilis sejak adalah GPT-2.
Model terbaru OpenAI hadir dalam dua versi yaitu:
1. GPT-OSS-120B: Model AI besar yang menawarkan performa tinggi dan hanya bisa dijalankan menggunakan setidaknya satu GPU Nvidia.
2. GPT-OSS-20B: Model AI yang lebih ringan dan dapat dijalankan dari laptop konsumen dengan RAM 16GB.
Dengan dua ukuran ini, OpenAI membuka akses bagi pengembang dari berbagai kalangan baik profesional di pusat data dan pengembang individu yang hanya menggunakan laptop rumahan.
Kembali ke Misi Awal OpenAI
Keputusan OpenAI merilis model versi open source ini menjadi sebuah sinyal yang menggembirakan. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir, OpenAI fokus mengandalkan model tertutup (sekaligus berbayar). CEO OpenAI Sam Altman mengakui perusahaan “berada di sisi sejarah yang keliru” terkait kebijakan open source. Dengan peluncuran GPT-OSS, OpenAI berharap dapat kembali menghidupkan misi awalnya yaitu menjadikan AI bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
“Sejak berdiri pada tahun 2015, misi OpenAI adalah memastikan bahwa AI memberikan manfaat bagi semua orang. Kami antusias melihat dunia membangun tools AI di atas model open source yang lahir di AS, berbasis nilai-nilai demokratis, tersedia gratis, dan memberikan manfaat luas,” kata Altman seperti dikutip Tech Crunch.
Masih Ada Kekurangan
Dalam berbagai tolok ukur uji coba, model GPT-OSS menunjukkan performa yang menjanjikan. Contohnya di pengujian Codeforces, GPT-OSS-120B mencatat skor 2622, sementara GPT-OSS-20B memiliki skor 2516. Skor itu jauh lebih baik dari model R1 milik DeepSeek, meski tetap kalah dari model o3 dan o4-mini milik OpenAI sendiri. Begitu pula di pengujian Humanity’s Last Exam (HLE), sebuah ujian berisi pertanyaan crowdsourced dari berbagai topik. Model open source OpenAI mampu melampaui open source model seperti DeepSeek atau Qwen, tapi tetap di bawah performa seri o3.
Namun, kelemahan utama dari kedua model open-source itu adalah tingginya tingkat “halusinasi”, yaitu ketika AI memberikan jawaban yang salah atau tidak masuk akal. Dalam tes PersonQA, GPT-OSS-120B memberikan jawaban halusinatif 49%, sementara 20B 53%. Sebagai perbandingan, model o1 hanya mencatatkan 16 persen dan o4-mini di angka 36 persen. OpenAI beralasan tingkat halusinasi yang tinggi itu karena model AI yang lebih kecil secara umum memiliki pengetahuan dunia (world knowledge) yang lebih terbatas.
Persaingan Semakin Panas
Dengan peluncuran ini, OpenAI mencoba merebut kembali perhatian komunitas developer yang selama ini mengandalkan model AI berbasis open source. Apalagi, domain ini sekarang dikuasai model asal China seperti DeepSeek, Qwen, atau Mooshot AI. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi menurunkan soft diplomacy AS di dunia teknologi.
Akan tetapi, persaingan tidak akan mudah. DeepSeek kabarnya akan merilis pembaruan melalui R2. Meta juga akan merilis model terbaru dari Superintelligence Lab mereka. Kehadiran kedua model AI open-source itu membuka peluang baru bagi pengembang untuk membangun aplikasi cerdas yang efisien, fleksibel, dan terbuka langsung dari perangkat pribadi mereka.
Namun tentu saja, persaingan ketat ini akan menguntungkan para developer. Mereka bisa mengembangkan tools berbasis model AI tanpa harus mengeluarkan biaya. Artinya, kita bisa berharap akan muncul tools AI yang lebih beragam dan menjawab permasalahan umat manusia.