Meta Siapkan Rp1.179 Triliun untuk Garap Infrastruktur AI pada 2025

Meta Platforms Inc. akan menggelontorkan dana jumbo USD72 miliar atau sekitar Rp1.152 triliun pada 2025 untuk membangun infrastruktur kecerdasan buatan (AI) skala besar.

Dalam laporan keuangan kuartal kedua yang dirilis Rabu malam (waktu AS), Meta mengumumkan rencana lebih dari dua kali lipat pengeluaran modal (capex) untuk membangun pusat data, server, dan sistem teknis penunjang AI lainnya. “Kami memperkirakan pengeluaran modal tahun 2025, termasuk pembayaran pokok untuk sewa pembiayaan akan berada di kisaran USD66–72 miliar, naik sekitar USD30 miliar dibanding tahun sebelumnya,” tulis Meta seperti dikutip Tech Crunch.

Tak berhenti pada 2025, Meta juga menargetkan kenaikan belanja serupa pada 2026 untuk terus menambah kapasitas infrastruktur AI baik untuk riset maupun operasional bisnis. “Kami percaya bahwa membangun infrastruktur AI kelas dunia akan menjadi keunggulan utama dalam menciptakan model AI terbaik dan pengalaman produk yang unggul,” ujar Susan Li (CFO Meta).

Meskipun membiayai sebagian besar investasi itu secara mandiri, Meta juga akan bekerja sama dengan mitra keuangan lainnya untuk mengembangkan pusat data secara bersama. “Kami belum memiliki kesepakatan final, tetapi kami yakin model-model kerja sama ini akan menarik pendanaan eksternal besar untuk mendukung proyek data center skala raksasa sekaligus memberikan fleksibilitas jika kebutuhan berubah,” lanjut Li.

Meta Semakin Serius di AI

Meta sedang membangun dua mega-cluster AI yang disebut “titan clusters”. Klaster Prometheus di Ohio dijadwalkan beroperasi pada 2026 dan akan menjadi salah satu supercluster AI pertama di dunia dengan kapasitas komputasi 1 gigawatt. Sedangkan klaster kedua, Hyperion di Louisiana yang diklaim Pendiri Meta Zuckerberg akan sebesar Manhattan, disebut akan memiliki kapasitas hingga 5 gigawatt dalam beberapa tahun ke depan.

Selain itu, Meta juga akan mengerjakan beberapa klaster titan AI lainnya yang belum diumumkan secara publik. Namun, ekspansi besar-besaran itu memicu kekhawatiran. Proyek pusat data Meta di Newton County, Georgia telah menyebabkan gangguan pasokan air di rumah-rumah penduduk sekitar akibat tingginya konsumsi sumber daya.

Dalam laporannya, Meta juga mengungkapkan pengeluaran terbesar kedua setelah infrastruktur adalah kompensasi karyawan. Meta berlomba-lomba merekrut insinyur dan peneliti AI terbaik dunia untuk bekerja di unit bisnis barunya Superintelligence Labs.

Sebelum laporan keuangan dirilis, Zuckerberg mengungkapkan visinya tentang “personal superintelligence” yaitu tegnologi AI yang dapat membantu setiap individu menjalani hidup terbaiknya. “Teknologi ini akan hadir lewat kacamata pintar dan headset realitas virtual (VR) Meta,” ujarnya.

Saham Meroket

Investor dan pasar saham merespons positif strategi besar Meta. Harga saham Meta melonjak 10 persen dalam perdagangan setelah jam pasar, usai mencatat pendapatan USD47,5 miliar pada kuartal kedua dan akan naik ke USD47,5–50,5 miliar pada kuartal ketiga. Sebagian besar pendapatan Meta berasal dari pemasukkan iklan yang ditopang oleh alat berbasis AI, seperti terjemahan otomatis dan pembuatan video pintar untuk membantu pengiklan membuat kampanye yang lebih efektif dan personal.

Namun, segmen Reality Labs Meta, divisi yang mengembangkan perangkat VR dan AR masih membukukan kerugian sebesar USD4,5 miliar.

Baca Juga