Dalam beberapa bulan terakhir, aplikasi World App menjadi sorotan di Indonesia karena mengumpulkan data biometrik pengguna Indonesia. Apalagi, beredar foto dan video di media sosial ratusan orang rela antre dan memberikan data retinanya ke World App dengan imbalan sejumlah uang. Seorang warga Bekasi, Jawa Barat, mengaku mendapatkan Rp.265 ribu usai memberikan rekam data retinanya ke Layanan World.
Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, mendapatkan sejumlah uang “hanya” dengan menyetorkan data retina memang menjadi pilihan menarik bagi banyak orang. Apalagi, proses ini diklaim memiliki tujuan baik. Namun tentu saja, pengumpulan data biometrik menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana sebuah perusahaan dapat mengumpulkan data yang krusial tersebut.
Apa Itu World App
Kontroversi di atas berawal dari sebuah perusahaan bernama Tools For Humanity (TFH). Perusahaan teknologi ini memiliki visi menciptakan ekosistem digital bernama World dengan empat produk utama, yaitu Worldcoin, World ID, World App, dan World Chain.
World ID memungkinkan pengguna memverifikasi identitas mereka sebagai manusia nyata dan unik secara anonim dan aman. Fitur ini berguna untuk berbagai keperluan online, seperti login ke platform media sosial, memastikan keadilan dalam aktivitas digital (misalnya pemungutan suara atau pembelian tiket konser), serta mencegah penggunaan oleh bot.
“World ID memungkinkan Anda untuk secara anonim dan aman memverifikasi bahwa Anda adalah manusia nyata dan unik (dan bukan bot) untuk verifikasi online yang mudah. Contohnya seperti masuk ke aplikasi sosial, membeli tiket konser, atau memastikan aktivitas online seperti voting,” tulis World di lamannya.
Sementara World App berfungsi sebagai dompet digital untuk menyimpan World ID dan aset kripto, termasuk mata uang digital. Aplikasi ini juga menyediakan akses ke berbagai mini-app (aplikasi mini) yang terintegrasi.
Sementara itu, World Chain adalah blockchain yang dikhususkan untuk manusia asli. Jaringan ini bersifat open-source, tidak memerlukan izin khusus, dan dikelola oleh komunitas. Terakhir, World Coin adalah aset kripto yang dapat digunakan dalam ekosistem World. Mata uang ini bisa diperoleh secara gratis oleh setiap individu yang sudah terdaftar dan terverifikasi di platform tersebut, selama sesuai dengan regulasi setempat.
Untuk memperoleh World ID, pengguna harus mendaftar dengan memindai iris mata mereka menggunakan perangkat bernama Orb. Setelah verifikasi berhasil, identitas digital akan terbuat secara otomatis.
Proses pembuatan World ID mirip dengan sistem biometrik seperti Face ID milik Apple, tetapi data iris pengguna tidak disimpan dalam bentuk asli. Sebagai gantinya, World ID menggunakan metode kriptografi zero-knowledge proofs untuk memastikan privasi. Dengan World ID, pengguna bisa login ke berbagai platform (seperti Okta) tanpa perlu membagikan informasi pribadi seperti email atau nama.
Dikutip dari Times, orang-orang yang mendaftar World ID akan diberi imbalan koin Worldcoin. Jumlah koin yang diberikan pada pengguna setelah daftar World ID bisa berbeda-beda di tiap wilayah. Awal muncul pada 2023, Worldcoin menawarkan 25 token (dulu 60 dollar AS atau sekitar Rp 900.000) ke pengguna yang mendaftar World ID.
Per tahun ini, jumlah pengguna yang telah terverifikasi Orb dan memiliki World ID adalah 12.412.725 orang. Alat pemindai iris mata Orb diklaim telah beroperasi sebanyak lebih dari 1.500 unit yang tersebar di 23 negara.
Siapa Pemilik dan Penyandang Dana World App?
World App dan Worldcoin (WLD) didirikan oleh Sam Altman, CEO OpenAI (perusahaan di balik ChatGPT), bersama Alex Blania sebagai CEO TFH. Alex Blania sendiri dikenal sebagai fisikawan lulusan universitas ternama di Jerman yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk pengembangan teknologi mutakhir.
Hingga saat ini TFH itu telah mengumpulkan dana lebih dari USD250 juta dari investor ternama seperti a16z (Andreessen Horowitz), Khosla Ventures, dan Digital Currency Group. Aset kripto Worldcoin (WLD) saat ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp19 triliun, dengan 1,3 miliar koin yang beredar dari total pasokan maksimal 10 miliar koin. Harga WLD tercatat di kisaran Rp15.077 per koin.
Sam dan Alex berharap World ID dapat menjadi solusi identitas online yang lebih aman di tengah maraknya penipuan digital, bot, dan deepfake AI. Dengan World ID, verifikasi sebagai manusia asli dalam dunia digital bisa lebih akurat.
Meski memiliki tujuan baik, langkah TFH menciptakan kontroversi tersendiri. Sejak Agustus 2023, Pemerintah Kenya menghentikan operasional TFH. Tahun lalu, Pemerintah Spanyol dan Hongkong juga melakukan hal yang sama. Terakhir, Pemerintah Brazil yang menghentikan usaha mengumpulkan data retina pada Januari 2025 kemarin.
Pemerintah Indonesia pun akhirnya juga menghentikan usaha TFH karena dianggap melanggar izin penyelenggara sistem elektronik. Namun pihak TFH mengaku akan mengikuti semua prosedur yang digariskan Pemerintah Indonesia agar mereka dapat meneruskan operasionalnya di sini.
Pertanyaan besarnya, sejauh mana Pemerintah Indonesia dapat menghentikan usaha pengumpulan data biometrik yang dilakukan TFH?